Nama :
Remina Tarigan
Fakultas : Ilmu Sosial
Fakultas : Ilmu Sosial
Jurusan :
Pendidikan Antropologi Unimed
Mata Kuliah : Sosiologi Agama
Angkatan :
2012
“Agama
Dalam Perspektif Sosiologi”
ü Awal
Sosiologi Agama
Secara umum agama adalah sistem kepercayaan yang dianut oleh
setiap orang berdasarkan keyakinan mereka masing-masing.Agama merupakan suatu
kekuatan yang berpengaruh dan paling dirasakan dalam kehidupan manusia.Agama
mempengaruhi manusia dalam segala aspek kehidupan.Agama mengajarkan manusia
untuk percaya dan takut akan Tuhan serta mengajarkan bagimana manusia
bertingkah laku yang baik dan benar.
Pada dasarnya semua agama itu
sama,yakni sama-sama mengajarkan kita bagaimana memuji dan menyembah Tuhan
serta menjalankan perintah dan menjauhi setiap larangannya. Agama juga
merupakan petunjuk arah terhadap adanya kehidupan yang terjadi setelah adanya
kematian.Agama disini menjelaskan bahwa ternyata masih ada kehidupan lain
setelah adanya kematian.Oleh karena itu agama mengajarkan kita bagaimana
bertingkah laku agar memperoleh kehidupan yang kekal setelah terjadinya
kematian tersebut.
Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam kehidupan
beragama ini masih ada terdapat sifat manusia yang fanatik terhadap agama
lain.Mereka selalu membanding-bandingkan agama mereka sendiri dengan agama
orang lain dan menganggap bahwa agama merekalah yang benar sedangkan agama yang
lain itu tidak benar.
Di dalam perspektif sosiologis
berpendapat bahwa alasan seseorang memilih agama tertentu tidak hanya
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam agama tertentu
melainkan juga karena faktor-faktor lain. Misalnya karena faktor wilayah dan
suku,seperti yang terdapat di Indonesia.Dimana pada umumnya orang-orang Aceh
beragama Islam,orang-orang Batak beragama Kristen dan orang-orang Flores
beragama Katholik.
Terkadang seseorang menganut agama tertentu bukan karena
pertimbangan-pertimbangan pribadi setelah mempertimbangkan antara agama yang
satu dengan agama yang lainnya, melainkan karena dia sudah terlahir di dalam
wilayah itu. Artinya bahwa seseorang menganut suatu agama tertentu karena
mengikuti agama yang telah dianut oleh orang tua mereka.Hal ini menunjukkan
bahwa agama itu diturunkan oleh orang tua terhadap anak mereka.
Meskipun agama itu berasal dari kepercayaan yang dianut oleh
orang tua yang juga diturunkan kepada anaknya,ternyata masih ada kita jumpai
dalam kehidupan bermasyarakat dimana dalam sebuah keluarga terdapat dua
keyakinan yang berbeda.Misalnya ayahnya beragama kristen dan ibunya beragama islam.
Dimana pada saat mereka menikah masing-masing dari mereka
tetap mempertahankan agamanya masing-masing.Sehingga pada akhirnya mereka
menikah dengan kedua ajaran agama yang mereka anut.Pertama mereka menikah
dengan tata cara yang ada dalam agama kristen dan selanjutnya berdasarkan tata
cara yang ada dalam agama islam.Dan ketika mereka telah memiliki anak,mereka
mengatakan kepada anaknya bahwa anak-anak mereka bebas memilih agama mana yang
akan mereka anut.Apakah mereka akan menganut agama yang sama seperti ayahnya
ataukah menganut agama yang sama seperti ibunya.
Meskipun mereka hidup dengan perbedaan keyakinan,ternyata
mereka bisa menjaga dan menghargai agama mereka satu sama lain.Dimana ketika
ayahnya berdoa maka ibunya akan menghargainya.Sebaliknya ketika ibunya
sembahyang dan berpuasa maka ayahnya juga menghargainya.Dalam hal ini mereka
ternyata bisa tetap hidup rukun seperti orang-orang lainnya meskipun dengan dua
keyakian yang berbeda dalam satu rumah.
Sebenarnya hal ini memang ada salahnya juga.Seharusnya
seseorang yang hidup dalam sebuah
keluraga menganut satu kepercayaan saja.Agar anak mereka juga nantinya tidak bingung-bingung apakah harus mengikut
agama yang dipercayai ayah ataukah ibu. Dengan demikian maka akan lebih
tercipta rasa kenyamananan dalam sebuah keluarga tersebut.
Dalam mendefenisikan agama,para
ilmuan sosial biasanya menggunakan dua macam defenisi yang bisa melengkapi satu
sama lain, yakni defenisi subtantif dan defenisi fungsional. Defenisi
subtantif berusaha menjelaskan tentang
seperti apa itu agama.Artinya dalam hal ini agama dijelaskan seperti apa
kenyataannya dan kebenarannya sesuai dengan batas-batas dan kategori-kategori
yang membedakannya dengan yang bukan agama. Sedangkan definisi agama secara
fungsional menekankan kepada fungsi agama yang harus dijalankan sebagaimana
mestinya dan tidak mementingkan isi dari kepercayaan dan praktik keagamaan.
Artinya disini menjelaskan tentang apa yang seharusnya dibuat dan dilakukan oleh agama untuk seorang individu,kelompok
atau masyarakat.Bukan apa yang yang dilakukan oleh seorang
individu,kelompok ataupun masyarakat
terhadap agama.Dimana dalam hal ini juga menjelaskan bahwa isi dari kepercayaan
dan praktik keagamaan tidaklah terlalu penting
dibandingkan dengan konsekuensi-konsekuensi dari agama itu untuk kehidupan
masyarakat.
ü Pandangan
Sosiologi Agama
Ø Karl
Max
Marx tidak membuat studi khusus tentang
agama sebagaimana halnya dengan Max Weber atau emile durkheim.Pokok-pokok
pikirannya tentang agama tercecer dalam berbagai tulisannya yang mengkritik masyarakat
kapitalis.Ada beberapa pokok pikiran marx tentang agama.
Pertama, marx menganggap bahwa agama
sebagai suatu alienasi.Dalam hal ini sebenarnya maksud dan tujuan marx adalah
untuk mengkritik masyarakat kapitalis
yang telah menimbulkan alienasi dalam diri kaum buruh.Menurut Marx sebagaimana
sistem ekonomi kapitalis telah menyebabkan buruh teralienasi,demikian juga
agama telah membalikkan perhatian manusia dari situasi real dunia ini dan
mengarahkannya kepada dunia sesudah kematian.Menurut marx dalam hal ini agama
telah mengubah cara berfikir manusia agar percaya kepada keadaan di luar
kenyataan dan dalam agama itu dijelaskan bagaimana cara manusia itu sendiri
untuk mencapai sesuatu diluar kenyataan tersebut seperti yang dimaksudkan.
Artinya bahwa di dalam agama ada dijelaskan tentang masih
adanya kehidupan lain setelah seseorang itu meninggal.Kehidupan yang
dimaksudkan ialah kehidupan kekal yang berasal dari Tuhan. Kalau kita berfikir
menurut logika kita masing-masing, sebenarnya tidak mungkin juga kalau ternyata
masih ada kehidupan lain setelah terjadinya kematian.Hal ini memang sungguh
tidak masuk akal.Tetapi itulah yang dikatakan dalam agama dan kita tidak
mungkin menentangnya.Kita juga sebagai umat beragama secara umum percaya akan
adanya kehidupan lain setelah kematian tersebut.Dan di dalam agama dijelaskan
cara agar kita dapat hidup di kehidupan yang kekal tersebut adalah dengan
berbuat baik kepada semua orang,menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya.
Selain itu suatu tindakan dimana berdoa kepada Tuhan untuk
memohon keberhasilan hidup tidak disetujui oleh Marx. Karena bagi Marx
kemampuan untuk berhasil itu ada di dalam manusia itu sendiri dan tidak perlu
berdoa kepada Tuhan untuk memohon keberhasilan yang dimaksud.
Sebenarnya kalau menurut saya maksud dari pernyataan marx
tersebut adalah tidak mungkin sesorang itu akan berhasil kalau dia hanya berdoa
saja kepada Tuhan tanpa bekerja.Dan
dalam hal ini untuk mencapai suatu kesuksesan dan keberhasilan hidup yang
dibutuhkan adalah bagimana usaha dan kerja keras kita yang tidak kenal putus
asa. Tapi kalau menurut saya kita harusnya berdoa juga kepada Tuhan agar apapun
yang kita lakukan dan kerjakan diberkati oleh-Nya,dengan catatan kita berdoa
sambil bekerja dan berusaha.
Marx juga mengatakan bahwa ciri-ciri khas yang dikenakan
pada Allah sebetulnya tidak lain daripada ciri-ciri khas manusia yang
diproyeksikan pada Allah yang mengontrol manusia melalui
perintah-perintahnya.Olek karena itu,Marx menambahkan bahwa sebenarnya bukan
Allah yang menciptakan manusia menurut gambarnya melainkan manusialah yang
menciptakan Allah menurut gambaran atau bayangannya.
Kalau menurut saya maksud dari pernyataan marx tersebut
yaitu bagaimana mungkin kita bisa percaya dan mengetahui kalau Allah itu
menciptakan manusia menurut gambarnya sementara kita juga belum pernah melihat
gambar dan rupa Allah seperti apa.Jadi,dalam hal ini artinya manusialah yang
membuat Allah itu ada dan manusia percaya kalau Allah itu memang ada sesuai
dengan gambaran atau bayangan yang mereka lihat dalam cerita-cerita, film-film
dan gambar-gambar tentang Allah.
Kedua, marx menganggap bahwa agama sebagai sebuah ideologi. Marx
mengatakan agama sebagai sebuah ideologi karena banyaknya kenyataan mengenai
manusia yang dibalikkan.Maksud pernyataan tersebut menurut saya adalah bahwa
agama hanyalah suatu pandangan hidup manusia saja.Manusia percaya akan adanya
kehidupan kekal.Sehingga membuat manusia
berusaha untuk menjalankan setiap perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya dengan pernuh kesabaran dan rela menderita dalam menjalani hidup di
dunia ini.Dalam hal ini menurut pandangan marx tindakan mereka itu salah,karena
mereka lebih mengutamakan Tuhan dan tidak perduli kalaupun mereka harus
menderita sehingga pada akhirnya mereka hidup di dalam kemiskinan.Hal ini
menurutnya akan merugikan manusia itu sendiri karena lebih mengutamakan hal
yang tidak nyata dan mengesampingkan kenyataan yang sebenarnya.
Ketiga, marx menganggap bahwa agama sebagai candu masyarakat.
Artinya agama memiliki ciri-ciri menghibur dan bersifat sementara sebagaimana
layaknya obat bius yang memberikan pelepasan sementara dari pendertiaan dengan
resiko efek-efek sampingan yang berbahaya.Contohnya dalam kehidupan sehari-hari
ketika kita sakit,kita akan minum obat agar sembuh.Dalam hal ini obat berfungsi
untuk menghilangkan rasa sakit sementara atau bahkan bisa membawa kesembuhan
saat kita mengkonsumsinya. Demikian halnya juga juga dengan agama,dimana agama
mengajarkan bahwa ketika kita sabar dan rela menderita demi Tuhan maka kita
akan memperoleh kehidupan yang kekal.Disini manusia berfikir bahwa apa yang
mereka lakukan telah benar dan merasa terhibur sementara akan apa yang
dikatakan dan dijelaskan dalam agama.Sehingga bagi marx,agama itu memiliki
ciri-ciri menghibur manusia yang bersifat sementara ketika sedang tertekan
ataupun mengalami penderitaan yang mampu membuat mereka sabar dan bertahan
menjalani hidup.
Keempat, menurut marx agama harus dihapuskan. Marx menegaskan bahwa
agama harus dihapus karena menawarkan kebahagiaan yang bersifat ilusi sebelum
mereka mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Maksud dari pernyataan marx ini
adalah agama itu sebaiknya dihapus ataupun ditiadakan karena setiap ajaran nya
berupa khayalan dan ilusi semata. Sehingga manusia tidak perlu menderita dan
tertekan dalam menjalani hidup di dunia ini
demi mendapatkan kehidupan kekal sesudah adanya kematian yang dianggap
tidak nyata.
Namun,agama adalah produk kondisi-kondisi sosial
kemasyarakatan,maka ia tidak bisa dihapus.Satu-satunya cara untuk menghapus
agama adalah dengan meniadakan kondisi-kondisi yang membawa penderitaan dan
kesengsaraan pada hidup manusia. Selain itu menurut marx, agama tidak mempunyai
masa depan.Agama bukanlah sesuatu yang bersifat inheren pada manusia,tetapi
produk dari kondisi-kondisi sosial tertentu.Sentimen keagamaan dalam dirinya
adalah produk sosial.
Ø Emile
Durkheim
Selain marx, Durkheim juga memiliki beberapa pokok-pokok
pikiran tentang agama. Adapun beberapa pokok pikiran durkheim tentang agama.
Pertama, Pengaruh Robertson Smith atas Durkheim. Dalam hal ini uraian
durkheim tentang agama banyak dipengaruhi oleh para pemikir-pemikir sosial
sebelumnya. Salah satunya adalah Robertson Smith yang melakukan studi tentang
agama semit kuno. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama dijelaskan bahwa
Robertson Smith lebih mengutamakan praktik-praktik keagamaan daripada
kepercayaan-kepercayaan.Menurut Smith, hal yang paling penting di dalam agama
adalah praktik-praktik kehidupan beragama seperti upacara-upacara keagamaan dan
bukan terutama kepercayaan.Artinya untuk membuktikan kalau kita percaya pada
suatu agama tertentu maka kita harus menjalankan upacara-upacara keagamaan
sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan yang kita anut.
Selain itu Smith juga mengatakan bahwa seseorang menganut
suatu agama tertentu karena orang tersebut tidak mempunyai pilihan lain selain
mengikuti agama yang sudah ada di dalam masyarakat tersebut. Sehingga dengan
demikian Durkheim menganggap bahwa agama adalah satu representasi masyarakat
yang bersifat kolektif.
Menurut Smith, agama
tidak mempunyai hubungan dengan menyelamatkan jiwa-jiwa, tetapi merupakan upaya
untuk konsilidasi atau penguatan kelompok. Emile Durkheim mengembangkan
pemikiran Robertson Smith tersebut dan mendasarkan analisisnya pada data ketika
dia membuat studi tentang suku arunta di australia.Dia mengatakan bahwa tujuan
utama dari studinya itu adalah untuk melihat dari dekat agama yang paling
primitif dan paling sederhana pada suku-suku australia tersebut.Menurut
Durkheim,agama yang paling primitif dan paling sederhana itu adalah totemisme.
Kedua, Pemahaman Durkheim tentang Totemisme.Menurut Durkheim,
simbol-simbol totem ini merupakan lambang dari suku itu sendiri sama seperti
bendera merupakan lambang untuk suatu negara.Durkheim lalu menunjukkan
bagaimana sistem totem itu merupakan satu sistem kosmologis dan bagaimana
kategori-kategori seperti kelas mempunyai kaitan dengan totemisme.
Pertama, Durkheim memperhatikan
bahwa manusia mengambil bagian di dalam
yang sakral.Sebagai anggota-anggota suku yang memiliki totem-totem sakral dan
percaya bahwa mereka adalah turunan dari totem-totem yang sakral itu,mereka
percaya akan kesakralan dirinya.Kedua, dalam sistem pemikiran totem segala
sesuatu yang dikenal pasti mempunyai hubungan dengan totem dari salah satu
suku.Segala sesuatu yang dikenal itu memiliki sifat sakral karena mereka
mengambil bagian di dalam totem yang sakral.Menurut Durkheim, sistem klasifikasi totem ini merupakan yang
pertama di dalam sejarah pemikiran manusiadan mengambil model seperti
organisasi-organisasi sosial.
Ketiga, Menurut marx totemisme yaitu
masyarakat menyembah diri sendiri. Dalam hal ini totemisme bukanlah
suatu agama yang percaya pada binatang,tumbuhan,manusia ataupun gambar-gambar
tertentu melainkan kepercayaan pada suatu kekuatan impersonal dan tak bernama
yang berada di balik makhluk-makhluk yang dijadikan totem itu sendiri. Karena
itu Durkheim menyimpulkan bahwa dewa suku atau totem suku tidak lain daripada
masyarakat itu sendiri yang dipersonifikasikan atau dilambangkan dengan
tumbuhan atau binatang totem.
Durkeim juga menjelaskan bahwa
masyarakat memiliki segala sesuatu di dalam dirinya untuk membangkitkan sesuatu
yang ilahi di dalam pikiran anggota-anggotanya sehingga mereka patuh
kepadanya.Sesuatu yang ilahi itu disebut dewa dalam terminologi agama yang
bersifat superior terhadap manusia dan manusia bergantung dan patuh pada
kehendaknya. Hal ini menyebabkan anggota masyarakat takut kepada masyarakat itu
sendiri sebagaimana halnya mereka takut kepada dewa-dewi.
Ø Max
Weber
Max weber tidak berambisi untuk menjawab pertanyaan tentang
mengapa orang beragama atau alasan-alasan dari sebuah tingkah laku
keagmaaan.Dia tidak tertarik untuk menjelaskan apa itu agama.Namun demikian,
Weber juga tetap berusaha untuk mengembangkan sebuah pendekatan umum terhadap
agama sebagai suatu fenomena sosial dan meneliti hakikat kehidupan agama itu
sendiri.Ada beberapa pokok pikiran Weber tentang agama diantaranya.
Pertama, Pendekatan Psikologis terhadap Agama.Di dalam bukunya yang
berjudul The Social Psychology of The
World religions , Weber menguraikan pendekatan psikologis terhadap agama.Di
dalam buku tersebut, dia menolak pemikiran yang menyatakan bahwa dalam
menghubungkan agama dengan faktor-faktor sosial,sesorang harus menggunakan
pendekatan yang bersifat reduksionis.
Weber menolak tesis yang mengatakan bahwa agama adalah
sebuah ilusi. Weber juga tidak bisa menerima teori-teori tentang agama yang
mengatakan bahwa agama merupakan suatu bentuk pelarian dari penderitaan dan
kesulitan hidup walaupun dia mengakui adanya hubungan antara agama dan
penderitaan.
Menurut Weber, dalam banyak tradisi keagamaan khususnya
dalam masyarakat pra-industri, orang-orang yang mengalami kemalangan atau
malapetaka berfikir bahwa kemalangan itu disebabkan kemarahan para dewa yang
menghukum mereka.Selain itu, mereka juga berfikir bahwa penderitaan atau sakit
disebabkan oleh kerasukan roh-roh jahat yang marah akibat perbuatan-perbuatan
mereka. Sebenarnya pikiran masyarakat tersebut sudah salah dan terlalu percaya
kepada dewa-dewa yang menurut mereka ada.
Kedua, Pokok pikiran Weber tentang
agama pada suku-suku asli. Dimana dalam hal ini Weber mengamati bahwa motivasi
tingkah laku keagamaan pada masyarakat sederhana umumnya adalah keinginan untuk
mempertahankan hidup dan memperoleh kesejahteraan. Kepercayaan dan tingkah
laku keagamaan serta tindakan-tindakan
magis tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari dan hampir selalu terarah
pada tujuan-tujuan ekonomis,yakni kesejahteraan hidup secara material.
Weber sering kali membuat perbedaan antara tindakan magis
dan tingkah laku keagamaan.Menurut dia, tindakan magis umumnya bersifat
manipulatif dan cenderung memaksa
dewi-dewi atau roh-roh halus untuk melakukan apa yang diinginkannya.Sementara
itu,tingkah laku keagamaan atau agama terarah kepada penyembahan dewa-dewi
itu.Menurut Weber, agama-agama pada masyarakat asli cenderung terarah kepada
hal-hal yang bersifat magis. Artinya dalam hal ini masyarakat sangat percaya
kepada dewa-dewi bahwa dewa akan melakukan apa yang mereka inginkan.
Ketiga, Pokok pikiran Weber tentang agama dan rasionalitas.Dalam
kehidupan keagamaan, rasionalitas berarti menghilangkan aspek-aspek magis dalam
praktik kehidupan keagamaan dan mengembangkan ajaran-ajaran agama ke dalam satu
sistem doktrin yang bersifat formal. Dalam upaya mengembangkan agama ke dalam
sistem doktrin yang bersifat formal dikembangkanlah bermacam disiplin ilmu yang
berhubungan dengan agama.Weber meyakini bahwa ajaran-ajaran agama mempunyai
pengaruh terhadap tingkah laku manusia dan dia berminat untuk mengetahui dampak
dari ajaran-ajaran agama itu terhadap aktivitas ekonomi.
Sumber
Pustaka :
Raho,Bernard.2013.Agama dalam Perspektif Sosiologi. Penerbit
Obor : Jakarta



